Sebagai
perayaan syukur atas panen padi, para penduduk menggelar acara menumbuk
padi bersama-sama. Beras yang dihasilkan oleh acara penumbukan padi itu
akan digunakan untuk acara makan beras baru dan membuat lepat.
Lepat
pada acara maras taun tidak dibuat dari beras ketan, tetapi dari beras
ladang yang berwarna merah. Lepat tersebut diisi sepotong kecil ikan
atau daging sehingga memberi aroma gurih.
Lepat dibuat dalam dua
ukuran, yakni normal (selebar dua jari orang dewasa) dan raksasa. Lepat
raksasa dalam perayaan Maras Taun kali ini beratnya sampai 60 kilogram,
sedangkan lepat kecil dibuat 5.000 buah.
Pada akhir acara, lepat
besar dipotong dan dibagikan kepada masyarakat dan pejabat lokal yang
hadir. Sementara itu, lepat kecil yang diletakkan dalam sebuah pondok
bambu, yang bernama pondok membarong, boleh menjadi rebutan penduduk.
Sebagai
pesta rakyat, maras taun di Selat Nasik sudah dirayakan dua hari
sebelumnya. Selama tiga hari itu masyarakat yang hadir disuguhi berbagai
pertunjukan kesenian, baik dari desa itu maupun dari wilayah-wilayah
lain.
Pada malam sebelum acara, kesenian seperti stambul (keroncong)
fajar khas Belitung, tari piring khas minang dan teater Dulmuluk dari
Sumatera Selatan dipertontonkan. Pentas musik dengan organ tunggal juga
digelar untuk menghibur rakyat yang berpesta.
Makanan yang
dihidangkan dalam pesta rakyat ini didominasi oleh makanan laut.
Berbagai jenis ikan, kepiting, udang, dan cumi-cumi dimasak dengan
berbagai cara. Kegembiraan terpancar dari wajah semua penduduk karena
mereka yang mempersiapkan detail acara, mulai dari makanan sampai
hiburan secara mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar