Batu Baginde terletak
di Kecamatan Membalong berjarak sekitar 70 Km dari kota Tanjungpandan. Batu
Baginde adalah bebatuan yang menjulang tinggi sehingga menyerupai sebuah bukit
dengan ketinggian ratusan meter dari permukaan tanah disekitarnya. Batu Baginde
dianggap penduduk sekitar sebagai tempat yang memiliki nuansa magis yang kental
dan dihubungkan dengan legenda asal mula terjadinya Pulau Belitung. Disisi lain
dari Batu Baginde terdapat sebuah batu yang terletak pada posisi miring tanpa
ditahan apapun, sehingga seharusnya menurut akal sehat batu itu seharusnya
sudah jatuh, tetapi kenyataannya batu itu tetap berada ditempatnya. Asal Usul
Legenda Pulau Belitong (Pulau Belitung) ALKISAH, pada zaman dahulu, di Pulau
Bali memerintahlah seorang raja yang adil dan bijaksana. Karena bijaksana dan
adilnya, sang Raja sangat disegani dan disayangi rakyatnya. Dikisahkan sang
Raja ini mempunyai seorang putri yang cantik jelita. Kecantikannya terkenal
hingga ke berbagai pelosok. Hingga setelah menginjak dewasa, banyak pemuda
daerah lain hendak melamarnya untuk dijadikan istri. Suatu hari di antara para
pemuda yang datang melamar itu terdapatlah seorang putra mahkota. Namun apa
hendak dikata, lamaran itu ditolak putri sang Putri, sehingga Baginda merasa
heran. Begitulah yang terjadi hingga lamaran tujuh putra mahkota kerajaan lain
selalu ditolak sang putri. “Mengapa putriku selalu menolak setiap lamaran yang
datang?” begitu tanya baginda dalam hati. Baginda raja merasa heran dengan
kelakuan putrinya itu. Ia juga malu kepada raja-raja sekitarnya serta khawatir
kalau-kalau ada sesuatu yang disembunyikan putrinya. Karena penolakan tersebut
selalu terjadi berulang-ulang, baginda pun bermusyawarah dengan permaisuri.
Mencari tahu apa yang membuat sang putri menolak setiap lamaran pemuda yang
ingin menjadikannya sebagai istri. Akhirnya, sepakatlah mereka berdua untuk
memanggil sang putri dan menanyakan langsung kepadanya. Pada satu saat
permasisuri pun memiliki kesempatan yang tepat untuk memanggil putrinya dan
menanyakan latar belakang tingkah lakunya. “Anakku yang cantik, mengapa selama
ini ananda selalu menolak lamaran yang datang?” tanya sang permaisuri. Ditanya
demikian sang putri sempat terdiam sesaat. Akhirnya dengan berat hati, sedih
bercampur malu sang putri pun menerangkan sikapnya. “Bukanlah ananda tidak mau
menerima lamaran itu. Tapi, merasa malu dengan penyakit yang sedang ananda
derita ini,” jawab sang Putri. “Penyakit apakah yang sedang Ananda derita?”
tanya sang Permaisuri lagi. Ditanya demikian sang putri kembali terdiam. Dia
tak berani menatap ibunya. Sang Permaisuri pun segera mendekati sang Putri dan
memeluk putri kesayangannya itu. Dalam pelukan permaisuri, sambil terisak, sang
Putri pun menceritakan ihwal penyakit yang sedang ia derita. Ia menderita
penyakit kelamin. Mendengar jawaban itu, permaisuri pun mengerti dan merasa
sedih dengan nasib putrinya itu dan menyampaikannya kepada baginda. Mendengar
berita itu baginda sangat bingung. Ia tak tahu harus berbuat apa. Hingga
akhirnya ia memutuskan untuk membuat sayembara. Dipanggilnya hulubalang istana.
“Hai hulubalang, buatlah sebuah pengumuman ke seluruh negeri ini. Barang siapa
dapat menyembuhkan sang putri, sebagai hadiah akan dinikahkan dengan putriku,”
perintah baginda. Disebarkanlah pengumuman itu ke seluruh negeri. Banyak orang
yang datang untuk mencoba menyembuhkan sang putri. Namun, setelah berbagai
ikhtiar dilakukan, tak satu pun yang berhasil. Putuslah harapan baginda
terhadap kesembuhan putrinya. Karena tak berhasil, baginda pun memilih menempuh
jalan lain. Mengasingkan sang putri ke sebuah semenanjung, di sebelah utara
Pulau Bali. Setelah segala sesuatu disiapkan, diantar baginda dan permaisuri
beserta pembantu-pembantu istana yang telah ditentukan, sang putri berangkat ke
tempat pengasingannya. Sesampai di tempat yang dituju, di tengah hutan, sang
putri ditinggal sendiri. Kemudian, setelah memohon kepada dewata bagi
perlindungan anaknya, dengan sedih baginda pun meninggalkan tempat tersebut.
Sebetulnya di hutan itu sang putri tak sendiri. Ia ditemani seekor anjing,
bernama Tumang. Sesekali waktu datang beberapa orang pembantu istana datang
melihat keadaannya sambil membawakan segala keperluan hidup. Suatu hari, ketika
sang putri sedang buang air kecil, dilihat oleh Tumang, anjing peliharaannya
itu. Lalu, Tumang pun menjilati air kencing sang putri, juga sisa-sisa air
kencing yang melekat di kemaluan sang putri. Sang putri pun membiarkannya.
Kejadian seperti itu berlangsung hampir setiap kali sang putri kencing dan
cukup lama. Satu keanehan terjadi. Penyakit yang diderita sang putri berangsur
sembuh. Mohon Maaf jika agak Vulgar tetapi Karena menyangkut legenda dari
kebudayaan suatu daerah yang diceritakan dari sumber aslinya kami tidak berhak
untuk merubah redaksionalnya. Sudah menjadi hukum alam bahwa, manusia adalah
makhluk yang lemah. Begitu juga dengan sang putri. Sebagai seorang gadis
remaja, ia juga mendambakan kehangatan kasih mesra seorang kekasih. Karena
tanpa pengawasan, ditambah lagi asmara yang sedang menggelora, maka perbuatan
dengan anjingnya itu berubah sebagai pelampiasan nafsunya yang sedang
menggelora. Hari berganti pekan, pekan berganti bulan, kebiasaan sang putri
berujung menjadi hubungan kelamin antara kedua makhluk berlainan jenis dan keturunan
itu, hingga akhirnya sang putri pun mengandung. Ketika rombongan dari istana
datang meninjau, kelihatanlah bahwa keadaan putri telah berubah dari biasanya.
Melihat keadaan itu, pemimpin rombongan menanyakan kejadian sebenarnya yang
dialami sang putri. Setelah didesak, sang putri pun berterus terang dan
menceritakan apa yang telah dilakukannya dengan si Tumang. Begitu kembali ke
istana, kabar buruk itu pun langsung disampaikan pemimpin rombongan kepada
baginda dan permaisuri. Begitu mendengar kabar tersebut, bukan main murkanya
baginda. Ingin rasanya ia segera menyudahi putrinya itu. Setelah beberapa hari
berfikir, baginda mendapat cara untuk menyelesaikan persoalan yang menimpa
putrinya tersebut. Pada suatu malam, baginda mensucikan diri dan memohon kepada
dewata agar putrinya dihukum dengan jalan menghancurkan tempat yang dihuni
putrinya berhubung tempat tersebut telah menjadi kotor, sehingga akan
mencemarkan nama baik baginda. Dengan kehendak dewata, beberapa hari kemudian
turun hujan sangat deras disertai angin ribut yang sangat besar. Sekejap
kemudian putuslah bagian semenanjung utara Pulau Bali yang ditempati sang putri
diasingkan, lalu hanyut terapung-apung dibawa gelombang ke utara. *******
ADALAH Datu’ Malim Angin dan Datu’ Langgar Tuban, yang sedang memancing ikan
menggunakan perahu sampan. Tengah asyik memancing, mereka berdua dikejutkan
pemandangan aneh. Tak jauh dari tempat mereka memancing nampak sebuah pulau
hanyut melintas terbawa arus laut. Dalam keheranan, Datu’ Malim Angin segera
mengayuh sampannya dan mengejar pulau hanyut tersebut. Begitu berhasil mencapai
salah satu bagian pulau tersebut, Datu’ Malim Angin segera naik ke daratan dan
mengikatkan tali sauh pada potongan sebatang pohon (konon kabarnya pohon mali
berduri, red.). Setelah mengikatkan tali sauh di potongan pohon tersebut, Datu’
Malim Angin segera menancapkannya pada sebuah gunung dan melemparkan jangkarnya
ke laut. Seketika pulau hanyut itu pun berhenti. Namun, karena baru terikat
pada satu tiang, pulau itu terus berputar. Melihat pulau tersebut masih terus
berputar-putar, Datu’ Malim Angin pun berlari ke arah berlawan dari kayu
pertama tadi. Pada sebuah gunung Datu’ Malim Angin berhenti dan mematahkan
sebatang pohon baru’ (pohon waru, red.), lalu menancapkannya pada puncak gunung
dimana ia tadi berhenti. Setelah itu barulah pulau hanyut tersebut berhenti
berputar. Secara turun temurun cerita pulau Bali yang Terpotong ini berkembang
secara lisan di masyarakat. Lama kelamaan penyebutannya berubah menjadi
Belitong. Konon, gunung tempat pertama Datu’ Malim Angin menambatkan tali
sauhnya dikenal dengan Gunung Baginde, terletak di Kampung Padang Kandis,
Membalong. Gunung ini, oleh mereka yang percaya, dikenal sebagai pancang
Selatan Pulau Belitung. Dan, juga menurut mereka yang percaya, sampai sekarang
Datu’ Malim Angin masih ‘mendiami’ / menguasai gunung tersebut. Sedang gunung
kedua, adalah Gunung Burung Mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar